Thursday, February 2, 2006

Dr. Mochammad Maksum: Pemutakhiran Data Tanah Nasional Hanya Demi Proyek

Jakarta, Habib Syech Bersholawat. Meski pembuatan basis data tanah dan laut di Indonesia pada 1990-an melalui pemetaan tanah dengan skala terlalu luas telah mengakibatkan data tentang unsur-unsur di dalam tanah yang berguna untuk meningkatkan produktivitas pangan tidak dapat disediakan pemerintah. Hal itu tetap tidak cukup dijadikan alasan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) untuk melakukan pemutakhiran atau up dating basis data tanah dan laut nasional. Sebab sebagai benda mati,tanah tentu tidak banyak mengalami perubahan, kecuali pada sisi tata gunanya.

Demikian pendapat yang disampaikan Direktur Pusat Kajian Pedesaan dan Pembangunan Regional Universitas Gadjah Mada Mochammad Maksum saat dihubungi Habib Syech Bersholawat via telephone, Selasa (14/12).

Pendapat Mochammad Maksum disampaikan untuk menanggapipernyataan Kepala Bakosurtanal Rudolf W Matindas tentang pentingnya pemutakhiran basis data tanah dan laut di Indonesia untuk menunjang produktivitas pangan di sela-sela Rapat Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional di Jakarta, Senin (13/12) kemarin.

"Bila dicocokkan kembali, hasil pemetaan sepuluh tahun lalu dari sisi tata guna tentu sudah banyak mengalami perubahan dibanding dengan kandungan unsur-unsur di dalamnya. Saat ini luas areal hutan sudah tidak seluas seperti yangtampak dalam hasil foto udara awal 1990-an.

Dr. Mochammad Maksum: Pemutakhiran Data Tanah Nasional Hanya Demi Proyek (Sumber Gambar : Nu Online)
Dr. Mochammad Maksum: Pemutakhiran Data Tanah Nasional Hanya Demi Proyek (Sumber Gambar : Nu Online)


Dr. Mochammad Maksum: Pemutakhiran Data Tanah Nasional Hanya Demi Proyek

Sehingga, apabila kita cocokkan dengan lahan yang ditunjukkan pada peta, maka kita tidak akan menemukan kembali lahan hijau itu, karena areal hutan sebagian besar sudah gundul,"kata dosen yang juga aktivis pertanian ini.

Meski demikian, Maksum tidak mengingkari akan pentingnya pemutakhiran basis data tanah dan laut di Indonesia untuk menunjang produktivitas pangan. Persoalannya, menurut Maksum, peta tanah dan laut itu sendiri di kabupaten atau provinsi tidak ada kecuali yang bersifat umum.

Karenanya, menurut Maksum, pemutakhiran tidak perlu dilakukan. Sebab, pengandaian pemutakhiran dilakukan bila memang ada basis data awalnya.

Habib Syech Bersholawat

"Persoalannya, dengan banyaknya hutan yang sudah gundul, basis data tentang peta tanah dan laut itu sendiri sudah harus mengalami perubahan tata guna, misalnya, dari hutan gundul perlu diubah menjadi lahan pertanian, waduk, atau industri maining (pertambangan), "tuturnya.

Karena itu, Maksum cenderung menganjurkan agar tata guna tanah saja yang di-up date."Toh, sedetil apapun seandainya pemerintah melakukan up dating basis data tanah dan laut melalui pemetaan foto udara, pemerintah tetap harus melakukan revalidasi (dilakukan pengujian ulang di daerah yang ditunjukkan peta),"ujar Maksum.

"Jadi tidak perlu memaksakan diri dengan melakukan pemetaan tanah dan laut hanya demi proyek, karena saat ini kebutuhan mendesaknya berangkat dari perubahan tata guna lahan,"tandasnya.

Habib Syech Bersholawat

Ketika ditanya mengenai apakah ketiadaan diversifikasi tanaman pertanian di Jawa menunjukkan rendahnya perhatian pemerintah terhadap pentingnya penyediaan informasi mengenai peta kesesuaian lahan untuk sektor pertanian?

Mendapat pertanyaan seperti itu, Maksum pun menepis anggapan itu. "Persoalan itu bukan persoalan lahan, tetapi persoalan pasar,"ungkapnya.

Maksum pun lantas mengungkapkan alasan petani di Jawa menanam padi, "Kalah menang enak nandur pari (kalah dan menang lebih enak menanam padi: Red.) meskipun harga rendah tapi pasti laku, atau bisa disimpan. Berbeda dengan bawang, sudah resikonya tinggi, mudah membusuk lagi,"katanya.

Lebih lanjut, Maksum menambahkan, bahwa seharusnya resiko diversifikasi, seperti menanam bawang, bisa diatasi dengan cara memberikan subsidi ke para petani. Persoalannya, ungkap Maksum, selama ini untuk urusan pinjaman pertanian, masih harus dengan agunan.

"Mayoritas petani itu kan orang kecil, kalau meminjam modal harus dengan agunan, ya modar (ambruk: Red.). Karena itu, perlu diperjuangkan pengucuran kredit tanpa menyaratkan agunan atau jaminan,"paparnya.(dul)

Dari (Warta) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/2480/dr-mochammad-maksum-pemutakhiran-data-tanah-nasional-hanya-demi-proyek

Habib Syech Bersholawat

Menyajikan informasi secara lugas dan berimbang, disertai data-data yang akurat dan terpercaya.


EmoticonEmoticon

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Habib Syech Bersholawat sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Habib Syech Bersholawat. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Habib Syech Bersholawat dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock